Nyadran, Orang Jawa identik dengan bermacam upacara selamatan. Baik upacara selamatan dalam pernikahan, kelahiran bayi, bahkan sampai upacara selamatan bagi seorang yang telah meninggal dunia. Di minggu terakhir sebelum bulan puasa, orang Jawa mementingkan ke kuburan orangtua atau leluhurnya. Orang menyebut dengan “nyadran” yang merupakan cara untuk mengagungkan, menghormati, dan memperingati roh leluhur.

Nyadran menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa. Sebab, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Masing-masing daerah di tanah Jawa punya ciri khas masing-masing dalam tradisi ini. Masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sambil membawa bungkusan berisi makanan hasil bumi yang disebut sadranan. Secara tradisi, sadranan akan ditinggalkan di area pemakaman.

Di Desa Semen sendiri kegiatan Nyadran seperti ini masih sangat di lestarikan, bahkan masih rutin dilakukan. Ini bertujuan agar tradisi turun temurun ini tidak tergerus oleh zaman. Biasanya ada sesorang yang dituakan dan dijadikan sesepuh pada prosesi Nyadran ini. Setiap prosesi nyadran memiliki filosofi yang diambil dari kehidupan sehari-hari.